TULISAN KU



Tentang

“ BUDAYA BERJABAT TANGAN DI PINGGIR JALAN SAAT LEBARAN
PADA DESA KALAMPA
 KECAMATAN WOHA KABUPATEN BIMA “

Dosen Pengampu :
Lubis Hermanto, S.Sos., M. Ikom.




Di Susun Oleh :
Nama
NIM
: 1302004



SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
(STISIP) MBOJO BIMA
TAHUN AKADEMIK 2016 / 2017






BUDAYA BERJABAT TANGAN DI PINGGIR JALAN SAAT LEBARAN
DESA KALAMPA KEC. WOHA KAB. BIMA

Oleh : Anggi Kusuma Putra


Idhul Fitri Merupakan hari raya yang selalu di nanti – nantikan oleh seluruh umat muslim di seluruh dunia, hari raya idhul fitri jatuh pada tanggal 1 syawal pada penanggalan Hijriyah.

masyarakat desa kalampa bersilaturahmi di
pinggir jalan raya saat idhul Fitri
Dalam bahasa jawa, idhul fitri identik dengan istilah Lebaran yang memiliki arti “ Selesai”. Hal ini untuk menandai berakhirnya bulan suci ramadhan dengan puasa penuh selama 30 hari dengan pesta kemenangan. Banyak umat muslim yang berpandangan umum seperti ini. Manusia selama ramadhan diminta untuk jihad, melawan hawa nafsu berupa makan dan minum serta nafsu – nafsu yang lainnya seperti tidak berhubungan badan dengan suami maupun istri pada siang hari. Setelah berjuang melawan nafsu tersebut, umat islam merayakan kemenangannya melalui hari raya lebaran. Umat muslin justru di haramkan melakukan puasa pada hari raya idhul fitri tersebut.

Biasanya sebelum lebaran para perantau yang megadu nasib di luar kota akan pulang atau sering kita kenal dengan istilah “Mudik” agar bisa merayakan hari raya Idhul Fitri bersama sanak saudara di kampung halaman mereka. Budaya bersilaturahmi dan berjabat tangan dengan saudara maupun tetangga – tetangga sekitar rumah sudah menjadi suatu budaya bagi semua orang. Tidak terkecuali pada warga desa kalampa kecamatan woha kabupaten Bima.
warga desa kalampa menunggu para jemaah sholat Idhul Fitri


Para warga juga melakukan prosesi berjabat tangan selesai melaksanakan sholat idhul fitri, disamping untuk memperkuat tali silaturahmi, merekapun juga mempertahankan kebudayaan yang sudah ada sejak dahulu kala. Dan kebiasaan tersebut sudah menjadi suatu kebudayaan di desa tersebut.
Hal tersebut dilakukan sebab menurut mereka akan lebih susah lagi untuk bertemu jika sudah berada dirumah, karena jarak rumah yang jauh, kesibukan masing – masing bahkan mungkin mereka tidak akan bisa bertemu di karenakan sang pemilik rumah sudah pergi kerumah keluarganya yang lain sehingga rumahnya kosong. Oleh sebab itu cara ini dilakukan untuk mengantisipasi semua kemungkinan tersebut.

Namun ada yang menarik pada masyarakat di desa ini, mereka melakukan prosesi berjabat tangan di pinggir jalan raya, jadi masyarakat yang tidak melakukan sholat idhul fitri maupun masyarakat yang seudah pulang terlebih dahulu di rumah seusai melakukan  sholat tersebut dan mereka akan menunggu para muslim lain yang di belakangnya hanya sekedar untuk berjabat tangan saja dan hal tersebut akan terus di lakukan hingga tidak ada lagi masyarakat yang berjalan pulang dari masjid lagi.

Sehingga muslim atau jamaah sholat id yang berjalan pulang mau tidak mau harus berjabat tangan dengan masyarakat yang sudah berdiri di pnggir jalan menunggu mereka, tak jarang pla air  mata berjatuhan karena merasa terharu. Mulai dari anak – anak, remaja, orang dewasa bahkan lansia pun juga ikut menunggu dan bersalaman di pinggir jalan.


Hal semacam ini baru pertama kali penulis jumpai dan belum tentu ada di daerah – daerah lain selain kota bima tercinta, tradisi inipun juga dapat di katakan unik, efektif  dan efisien dalam menjalin tali silaturahmi sesama muslim dan sesama warga, terutama pada masyarakat desa Kalampa Kec. Woha Kab. Bima – NTB. 

0 komentar:

Copyright © 2013 CORETAN KU