WISATA BIMA : PULAU ULAR - WERA
Pada postingan
kali ini saya akan membahas tentang tempat – tempat pariwisata yang berada di
wilayah bima yang tentunya tidak kalah saing dengan keindahan dari tempat –
tempat yang sudah terkenal di luar wilayah bima, seperti pantai – pantai yang
ada dibali, raja ampat ( Papua), danau toba ( Aceh ), dan lain – lainnya. (gak hafal)
Bima,
merupakan salah satu kota yang berada di dalam provinsi nusa tenggara barat,
sudah banyak putra dan putri bima yang mengangkat dan mengharumkan nama kota
ini. Diantaranya seperti eka Bima, Fauzi KDI, Alboa Bima, anggun Bima, Adi
Bima, Regas Comika, ( dan betar lagi adalah gilaran saya, wkwkwk) dan masih
banyak lagi (gak inget namanya, maklum Faktor U ). Mereka – mereka mengikuti
audisi pencarian bakat yang di selenggarakan oleh TV nasional yang sempat di
gandrungi oleh smua lapisan masyarakat yang berada di indonesia, selain
memiliki bakat di bidangnya masing – masing, mereka juga selalu memperkenalkan
budaya dan kota asalnya kepada semua masyarakat yang menyaksikan tayangan
tersebut. Tapi maaf, kali ini saya tidak membahas mereka.
Selain kebudayaan bima yang masih
kental, bima juga banyak memiliki tempat –tempat pariwisata yang bagus, indah,
menawan, eksotik dan belum banyak di ketahui oleh orang, khususnya oleh
masyarakat yang berada di luar bima. Nah saya akan membahas salah satu saja
yaitu tentang Pulau Ular yang berada di Wera. Langsung aja
Pulau Ular
Pulau Ular merupakan Salah satu
pulau yang berada di tengah perairan bagian timur wilayah kecamatan Wera. Pulau
ini juga bersebelahan dengan dua obyek wisata daerah kabupaten Bima, yaitu
pulau Gilibanta dan Tolowamba.
Pulau ini merupakan habitat
bagi populasi ular laut dengan keunikan warnannya putih silver dengan kombinasi
hitam kilat. Ular-ular berwarna hitam putih cerah itu sangat mempesona bila
tertimpa cahaya matahari. Wisatawan sangat menyukai momen-momen menyaksikan
pemandangan langka ini. Mereka tanpa ketakutan mengalungkan ular-ular besar ini
di lehernya. Yang tak kalah aneh, bentuk ekor ular ini sudah pipih menyerupai
ekor ikan.
Para nelayan sering
menemukannya masuk dalam jaring, namun segera dilepaskan karena mitos khusus
terhadap ular tersebut. Ular ini tak bisa dibawa kemana-mana, karena akan
selalu kembali ke habitatnya. Kalau tidak bisa kembali, dipercaya akan
mendatangkan bencana bagi masyarakat Desa Pai. Karenanya, masyarakat desa
sangat menjaga kelestarian satwa itu. Pulau Ular dapat dijangkau dengan jarak
tempuh lebih kurang 45 menit perjalanan dari Kota Bima dengan menggunakan transportasi
darat.
Setelah tiba di Desa Kalo
Kecamatan Wera, selanjutnya untuk menuju Pulau Ular, anda harus menggunakan
perahu/sampan yang telah disediakan masyarakat sekitar dengan waktu tempuh 15
menit dari daratan. Sebelum menyeberang ke pulau ini kita juga akan menemukun
keunikan lain yang ada di daerah ini. Keunikannya adalah ada banyak mata air
dipinggir pantai yang apabila air pantai naik maka mata air ini akan tertutup
tapi anehnya air dari mata air tersebut rasanya tetap tawar seperti air yang
ada dirumah-rumah pada umumnya. Penduduk disini menyebutnya dengan Oi Ca’ba,
kalau diartikan dalam bahasa Indonesia artinya air yang tawar.
Ular-ular di pulau ini menurut
penduduk setempat merupakan jenis ular laut. Siapapun tahu bahwa ular laut
termasuk ular yang sangat beracun. Dilihat dari ciri-ciri fisiknya, ular
tersebut memang berbentuk seperti ular laut. ekornya pipih seperti ekor ikan,
warnanya putih silver dan hitam mengkilat. Ketika dipegang tidak terasa licin
sama sekali sebagaimana layaknya ular-ular di darat. Kulitnya lebih terasa
kesat dan bersirip seperti ikan. Walau hidup liar, mereka sangat jinak dan
ramah terhadap pengunjung. Ketika dipegang mereka sama sekali tidak menggigit
atau melilit. Bahkan ketika dipegang dalam jumlah yang cukup banyak, ular-ular
tersebut tetap jinak.
Di balik keunikan pulau ini
menyimpan sebuah mitos. Orang-orang disekitar pulau mengatakan bahwa asal
mulanya pulau tersebut berasal dari sebuah kapal belanda dulu yang ingin datang
ke Bima kemudian orang-orang sekitar mengutuk kapal itu menjadi sebuah pulau
dan ular-ular yang menghuni pulau tersebut adalah ular jadi-jadian yang
bertugas untuk melindungi pulau tersebut.
Dua pohon kamboja yang berada
di atas pulau itu dikatakan sebagai tiang dari kapal belanda tersebut.Ular ini tidak
bisa dibawa kemana-mana. Kalau ada yang membawanya keluar dari daerah itu, ular
tersebut akan segera kembali ke komunitasnya lagi. Kalau tidak bisa kembali,
dipercayai akan mendatangkan bencana bagi masyarakat Desa Pai, makanya
masyarakat desa sangat menjaga kelestarian satwa itu.
OPINI Pulau ular adalah aset
bagi masyarakat bima, dimana Keunikannya terdapat mata air dipinggir pantai
yang apabila air pantai naik maka mata air ini akan tertutup tapi anehnya air
dari mata air tersebut rasanya tetap tawar seperti air yang ada dirumah-rumah
pada umumnya. Penduduk disini menyebutnya dengan Oi Ca’ba, kalau diartikan
dalam bahasa Indonesia artinya air yang tawar. Pulau ular ini perlu di
lestarikan oleh masyarakat bima sebagai asset nasional maupun internasional.
Nah
sekian dulu postingan saya pada kali ini, masih banyak lagi postingan –
postingan ku yang sedang mengantri untuk di post....jadi di tunggu aja ya.....
By : Zuka
Giofandi
0 komentar: